Friday, July 01, 2005 By: adedepok

Pendamping Hidup yang Baik

PERNIKAHAN merupakan kata yang sakral dalam kehidupan. Tatkala mendengarnya akan terbayang suatu kondisi rumah tangga. Keluarga sakinah mawadah warahmah adalah cita-cita selalu digapai saat sepasang kekasih mengarungi bahtera hidup.
Pernikahan yang berintikan ibadah, tentu diharap tidak hanya berlaku dalam hitungan hari atau bulan, tetapi berlangsung tahunan hingga maut menjemput. Namun, dalam perjalanan yang dilaluinya penuh dengan masalah yang harus dihadapi bersama. Mulai dari soal intern hingga ekstern. Bila semua itu bisa dihadapi, kesetiaan akan melekat, hidup di rumah serta bermasyarakat terus berjalan.
Sepasang suami istri harusnya menjadi partner yang nantinya bisa menyelesaikan masalah, bukan malah menambah masalah. Seperti dalam sebuah hadis, "Seseorang tergantung dari temannya," yang konteksnya dalam hidupnya berumah tangga. Ini sebagai cermin bahwa kita perlu "konsolidasi" yang matang dan kontinu, bukan hanya sesaat.
Mungkin keharmonisan dalam keluarga akan tercipta jika masing-masing pihak memerhatikan berbagai bagiannya sehingga bisa saling melengkapi kekurangan satu dan lainnya. Untuk menciptakan keluarga harmonis diperlukan, pertama, menumbuhkan rasa saling pengertian dan memberikan kepercayaan. Memahami kesibukan masing-masing dengan memberikan toleransi.
Dengan rasa kepercayaan yang ada mampu menjalankan aktivitas tanpa rasa curiga. Segala sendi dapat terselesaikan dari adanya pengertian dan kepercayaan seiring dengan yang dihadapinya, keduanya saling pengertian. Kondisi semacam inilah yang membuat keluarga dapat berjalan seirama. Terjadinya komunikasi dalam mengatasi suatu masalah, merupakan hal penting. Karena lancarnya komunikasi akan menciptakan harmonisasi.
Kedua, jangan segan membantunya. Sudah sewajarnya manusia diciptakan saling membantu, apalagi terhadap pendampingnya sebagai wujud pengabdian. Dalam memberikan bantuan tidak perlu saat diminta, tetapi dengan kesadaran sendiri untuk membantunya. Bantuan kecil pun sebetulnya mampu menopang keutuhan rumah tangga karena dengan bantuan itu tampak perhatian pasangan satu terhadap lainnya.
Pernah suatu ketika, Rasulullah menjahit pakaiannya yang robek, dan beliau melakukannya sendiri. Pada saat Rasul menjahit, Aisyah melihatnya dengan menangis berkata, "Ya Rasul, ini adalah pekerjaanku, mengapa engkau melakukannya." Rasulullah menunjukkan, meski itu tugas istri, namun dengan kesadarannya ia tak segan membantunya.
Ketiga, tunaikan haknya dengan baik. Menjalankan aktivitas sesuai dengan haknya, dengan menjaga norma dan apa yang diajarkan agama. Definisi cinta di sini adalah memberikan yang terbaik tanpa banyak menuntut. Menunaikan dan menyadari haknya masing-masing, membuat suami maupun istri dapat tenang menjalankan aktivitasnya.
Keempat, mematangkan bersama dalam beraktivitas. Tugas sebagai suami adalah mencari nafkah untuk keluarga. Namun tidak menuntut kemungkinan sang istri pun sama bila ekonomi keluarga belum tercukupi, walaupun bukan sebagai target utamanya. Dalam menjalankan berbagai aktivitas, terutama untuk kehidupan keluarga harus dipersiapkan dengan matang. Jadi aktivitas yang dilakukan (suami berkarier) selalu didukung istri sebagai penunjang keberhasilan.
Kelima, koreksilah dengan kasih sayang. Kiranya perlu evaluasi agar apa yang dikerjakan keluarga lebih terarah. Sebagai pendamping, hendaknya masing-masing pihak tidak perlu segan meluruskan bila dipandang adanya hal yang salah. Dalam hal ini, peringatan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan bahasa yang baik sehingga balasannya akan merasa senang. Jika di antara suami istri saling mengoreksi, aktivitas akan lebih baik dan bermanfaat.
Dalam mengarungi hidup berumah tangga tentu harus diciptakan iklim yang kondusif. Pernikahan yang membuahkan berbagai pengalaman hidup dan masalah yang harus dihadapi bersama. Dengan bercermin masa lalu, di mana saat menggelutinya dihadapkan dengan permasalahan kehidupan menjadikan istiqamah untuk menghadapi masa depan. Karena semakin matang dalam melihat masa lalu lebih menjamin dalam menghadapinya sekarang. Dan saat sekarang sebagai tambahan bekal di masa depan.
Allah SWT menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran setiap insan dan hendaknya darinya dapat ditarik pelajaran berharga (M. Quraish Shihab, 2001, hal: 253). Banyak ayat dalam Alquran mengajarkan kepada kita tentang kehidupan keluarga, sebagai bukti dari kebesaran-Nya dan merupakan suatu nikmat yang harus dimanfaatkan dan disyukuri.
Indahnya warna-warni problematika yang harus dihadapi bersama (suami istri), sudah sepatutnya menjadi pendamping yang terbaik. "Bila kamu tidak menyukai mereka, maka bersabarlah karena boleh jadi kamu tidak senang terhadap mereka, tetapi Allah menjadikan di balik itu kebajikan yang banyak." (Q.S. An-Nisa:19).
Keakraban dan kesetiaan pendamping yang baik mampu membuat fondasi kehidupan keluarga yang kuat. Dan kerinduan terhadap keluarga yang sakinah mawadah, warahmah insya Allah akan tercipta dan dapat dirasakan. Amin.***

0 comments: