Saturday, June 25, 2005 By: adedepok

Informasi Terpenting itu Bernama Hidayah

eramuslim - Pada sebuah pengajian taklim bulanan, seorang mu'alafberkebangsaan Jerman bertutur mengenai pengalamannya mengapa ia masuk Islam.Suatu saat ia sekelebat melihat jamaah shalat di sebuah masjid. Tatkala imammelakukan sedikit kesalahan dalam membaca surat, seketika beberapa orangmakmum membetulkan bacaannya. Yang membuatnya terkesan, Al-Quran yangrelatif begitu tebal mampu dihafal oleh banyak muslim. Ia berpikir, mungkinitu sebabnya mengapa Al-Quran masih otentik hingga sekarang. Makmum pun bisamengoreksi apa yang diucapkan imam. Ini jauh berbeda dengan situasikebaktian di gereja, di mana segala ucapan pastor dianggap selalu benar. Ialalu ingin tahu, apa sebenarnya Islam itu. Di matanya Islam itu indah, dimana setiap muslim bisa saling menasehati, dan kebenaran itu hanya berasaldari satu sumber yaitu dari Allah SWT melalui Al-Quran dan Hadits.Yang menjadi pertanyaan, mengapa ia yang sebelumnya memandang Islam ituidentik dengan terorisme tiba-tiba berbalik ingin mendalami dan bahkan masukIslam? Dalam konteks zaman modern ini, ia dikatakan menerima informasi yangdatangnya tidak disangka-sangka, yang kandungannya adalah kebenaran hakikidari Allah SWT. Ya, itulah hidayah-Nya, yaitu suatu petunjuk yang bisamenyebabkan seseorang beriman atau lebih meningkat keimanannya pada Allah.Informasi jenis inilah yang selalu didambakan setiap mukmin, karena dapatmenghilangkan perasaan tidak pasti, kecemasan, ketakutan, danketidakbahagiaan yang hampir selalu berkecamuk di hati manusia.Mengapa dampak hidayah begitu hebat bagi seseorang? Sudah kodratnya manusiaselalu butuh dan dikelilingi oleh berbagai jenis informasi. Dengan informasimanusia mampu mengemban misinya sebagai khalifah di muka bumi dan memajukanperadabannya. Begitu pentingnya nilai informasi sehingga setiap hari kitatak segan-segan membaca koran dan majalah, browsing dan chatting diinternet, menelepon dan mengirim sms. Ada sebuah anekdot, jargon gizi kitasehari-hari sudah menjadi “4 sehat 5 sempurna 6 puas” di mana yang ke-6dipenuhi dengan informasi. Bahkan untuk itu manusia rela mengeluarkanmilyaran dollar untuk menjelajah ruang angkasa guna mencari tahu adakahkehidupan di planet lain.Masalah bisa timbul jika suatu informasi tidak membuat hati manusia takbahagia. Akibatnya ia cenderung terus mengorek informasi lainnya hinggamerasa puas. Misalnya informasi mengenai kenaikan harga BBM, walaupunpemerintah sudah menjelaskan seakurat mungkin namun tetap tidak dapatmemuaskan hati sebagian masyarakat. Ketidakpuasan itu antara lain disebabkanoleh benturan nilai-nilai (kepentingan) subyektif dari pemberi dan penerimainformasi; atau dengan istilah lain “informasi dari sesama manusia tidaklahbebas nilai”.Dalam konteks inilah informasi yang bernama hidayah itu begitu penting danberdampak dahsyat bagi manusia karena mengandung kebenaran hakiki dariTuhannya. Allah SWT telah berjanji manusia yang mendapat hidayah-Nya pastiakan bahagia, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al An’aam: 82,“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengankezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan (kebahagiaan) danmereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”Dalam ayat itu pula Allah SWT telah menggariskan kriteria manusia yang tetapmendapat petunjuk-Nya, yaitu orang yang tidak beriman setengah-setengah.Kriteria yang lebih detail disebutkan dalam QS. Luqman: 3-5, yaituorang-orang yang berbuat kebaikan (muhsiniin), mendirikan shalat, menunaikanzakat, dan yakin akan adanya negeri akhirat.Tuhan Yang Maha Penyayang pun sudah menyiapkan receiver (alat penerima)petunjuk atau hidayah-Nya secara berlapis-lapis pada manusia. Di tingkatdasar adalah insting atau naluri. Dengan nalurinya, makhluk hidup berusahamencari informasi untuk bertahan hidup dan berkembang. Tingkatan keduaadalah panca indera yang dipakai misalnya untuk mencari informasi mengenairezeki. Informasi dari kedua alat itu dioptimalkan dengan alat tingkatanketiga yaitu akal, sehingga manusia bisa mendapat inspirasi dan ilmupengetahuan untuk menggali dan menambang rezeki. Dan pada tingkat yangtertinggi manusia dikaruniai hati (qalbu) untuk dapat menilai apakahinformasi itu mengandung kebenaran atau kebatilan.Jadi, qalbu yang bersih merupakan alat penerima hidayah, pemisah antara yanghaq dan yang batil secara hakiki. Ibaratnya, dipantulkan tanpa terdistorsioleh cermin yang bening. Sebaliknya, hidayah Tauhid adalah software terbaikuntuk mengisi dan membersihkan qalbu, agar kita menjadi manusia yang mulia.Bila qalbu dipenuhi oleh informasi yang bersumber dari setan maka yangterjadi adalah kesesatan. Jika sudah demikian, ibaratnya sulit membedakanunta dan gajah karena sama-sama binatang besar berkaki empat.Petunjuk atau hidayah merupakan hak prerogatif Allah semata. Ini tersuratdalam QS Al Baqarah: 272,"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahyang memberi petunjuk (taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya."Dan QS Al Qashash: 56,“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamukasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, danAllah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”Bisa saja Allah memberi hidayah pada seorang pelaku maksiat sehinggatiba-tiba ia bertaubat dan beriman kepada-Nya. Allah juga dapat mengubahyang semula mukmin menjadi ahli maksiat di akhir hayatnya. Na’udzu billahimin dzalik. Kemampuan ini tidak bisa dilakukan oleh manusia, sekalipun iahamba termulia seperti Rasulullah SAW.Bagaimana menyikapi hak prerogatif Allah tadi? Tentu saja kita tetap harusberharap dan berusaha. Yang pertama, senantiasa mohon hidayah hanya kepadaAllah SWT. Itu sebabnya minimal 17 kali sehari semalam kita diperintahkanmembaca ihdinash-shiroothol mustaqiim (Tunjukilah kami jalan yang lurus).Allah sangat tidak suka jika manusia minta hidayah pada sesama makhluksekalipun ia seorang kyai atau guru spiritual.Sikap kedua, selalu beriman dan beramal shaleh (aktif beribadah dan berkaryadengan niat atas nama-Nya). Untuk itu kita perlu membersihkan qalbu setiapsaat dengan dzikir, istighfar, taubat dan saling menasehati dalam kebenarandan kesabaran. Hal ketiga, pada saat menasehati, berceramah, atau mengkritikorang lain, kita tidak perlu dzikush shadr (merasa sempit dada) jika saatini belum digubrisnya. Sebaliknya, ketika nasehat kebaikan mendapat sambutanantusias, kita tidak perlu ghurur (tertipu), karena keberhasilan tersebuthanya atas ijin-Nya.Bagaimana kita mengetahui bahwa seseorang telah diberi hidayah dan taufiqoleh-Nya? Paling tidak ada tiga tanda. Pertama, ia mudah melakukan amalkebaikan padahal tadinya tidak berniat dan bukan tujuannya. Kedua, setiapmenemui peluang berbuat maksiat ia selalu dapat menghindar darinya. Ketiga,selalu terbuka baginya kebutuhan dan hajat untuk mendekatkan diri kepadaAllah. Apakah minimal satu di antara ketiga tanda itu ada pada diri Anda?Wallahu a'lam bishshowab

By : AS

0 comments: