Monday, June 20, 2005 By: adedepok

awas...!!!!!!

Dengan label dan moto Islam yang disandangnya, secara rutin majalahSyir'ah menanamkan propaganda pemurtadan dan mempromosikan berbagaiaktivitas dan gerakan Kelompok Liberal berkedok Islam. Radio 68H milik JILhampir tidak pernah absen dari iklan di back cover Syir'ah.
Pentolan Jaringan Intelektual Muda Muham­madiyah (JIMM) yang pernahmenghiasi cover depan Syir'ah adalah Ahmad Fuad Fanani. Pada edisi nomor 37,wajah Fuad Fanani tampil bareng bersama-sama dengan para liberalis lainnya,antara lain: Ahmad Baso, Yeny Wahid, Musdah Mulia -yang menggebrak umatIslam dengan KHI yang dinilai menyesatkan oleh mayoritas umat Islam- danlain-lain.
Arah pijakan majalah yang didanai oleh founding Amerika ini, bisa ditebakdengan mudah. Bila terjadi polemik antara Islam dan Kristen, makakeber­piha­kannya tidak diarahkan kepada Islam. Bila mempubli­kasikan Yahudidan Kristen, maka struktur dan gaya bahasanya diukir sedemikian terpujipenuh simpati. Tapi bila yang dipublikasikan itu Islam, maka gaya bahasanyasedemikian keras dan tajam menohok.
Fatwa-fatwa yang diusung oleh pengasuh rubrik Konsultasi Fiqh pun jelasmendukung perilaku murtad yang oleh Al-Qur'an telah dikutuk dengan ancamanneraka.
Ketika memberitakan kaum Yahudi, Syir'ah menam­pilkan sisi kebaikan­nyaserta-merta melupakan berbagai kejahatan dan kebiadabannya. Edisi nomor 32,Syir'ah memasang salah satu judul "Yahudi Pejuang Damai" di cover depan.Tulisan yang dimaksud adalah rubrik Mancanegara (hlm. 56-60) yang mengangkatbangsa Yahudi. Dalam rubrik itu, Yahudi disanjung sedemikian rupa dengankalimat sinopsis: "Ulah kaum Yahudi identik dengan kekerasan. Padahalpelakunya hanya sebagian dari kelompok Zionis."
Kalimat yang ditampilkan Syir'ah ini jelas bukan pandangan Islam, karenapernyataan tersebut bersinggungan balik dengan ayat Al-Qur'an: "...Di antaramereka ada yang beriman dan keba­nya­kan me­reka adalah orang-orang yangfasik" (Qs. Ali Imran 110).
Un­tuk men­dukung ke­sim­pulan tulisannya bahwa Yahudi adalah pejuang damai,Syir'ah me­nam­pilkan bukti adanya 5 kelompok lintas agama yang diistilahkanoleh Syir'ah sebagai "Yahudi-yahudi berhati Mahatma Gandhi." Menutupargumentasinya bahwa Yahudi adalah pejuang perdamaian, Syir'ah menyitir ayatAlkitab (Bibel) bagian Perjanjian Lama (Old Testament), yaitu kitabDeuteronomy 20:10-12. "Padahal, Yahudi dikenal sebagai agama yang menekankanperdamaian. Rukun ke-6 dari 10 Rukun Iman Yahudi menyebut, "Kamu tidak bolehmembunuh," tulis Syir'ah.
Kutipan ayat Bibel kitab Deuteronomy (kitab Ulangan) untuk menyatakan Yahudisebagai pejuang (pahlawan) perdamaian, adalah bukti nyata bahwa Syir'ahsangat ceroboh dalam membaca kitab suci. Ayat yang dimaksud berbunyidemikian:
"Apabila engkau men­dekati suatu kota untuk berperang melawannya, makaharuslah engkau menawarkan perdamaian kepadanya. Apabila kota itu menerimatawaran perda­maian itu dan dibukanya pintu gerbang bagimu, maka haruslahsemua orang yang terdapat di situ melakukan pekerjaan rodi bagimu danmenjadi hamba kepadamu.
Tetapi apabila kota itu tidak mau berdamai dengan engkau, melainkanmeng­adakan pertempuran melawan engkau, maka haruslah engkau menge­pungnya.
Dan setelah Tuhan, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslahengkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. Hanyaperempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruhjarahan itu, boleh kau rampas bagimu sendiri, dan jarahan yang dari musuhmuini, yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah­mu, boleh kau perguna­kan"(Ulangan 20:10-14).
Ayat ini jelas bukan mendorong perdamaian, tapi pemicu penjajahan,perbudakan dan pembunuhan terhadap negara lain yang lebih lemah. Tersebutjelas dalam ayat tersebut, bila suatu negara mau berdamai harus dijajahdengan pekerjaan rodi. Tapi jika negara tersebut tidak mau berdamai, makaharus dikepung sampai takluk. Jika negara tersebut sudah takluk, makaseluruh penduduknya yang laki-laki harus dibunuh, sedangkan wanita dananak-anak harus dijadikan sebagai jarahan.
Perhatikan pula gaya bahasa yang dipakai Syir'ah untuk memberitakankomu­nitas Kristen. Guratan-guratan kalimatnya begitu indah penuh simpati..Dalam rubrik Mancanegara (Syir'ah No. 39, hlm. 62-64), Syir'ah meng­angkatkiprah gereja Sain­tologi di Aceh dengan tulisan berjudul "Dari Gereja,Bergerak Lintas Identitas." Di sini Syir'ah memuji-muji kiprah GerejaSaintologi, salah satu sekte yang dianggap sebagai bidat oleh Protestan danKatolik.
Ketika terjadi pro-kontra umat Islam dan Kristen tentang RUU Kerukunan UmatBeragama, Syir'ah malah berpihak ke kalangan Nasrani. Maka bulan Januari2004 Syir'ah mengangkat tema utama "Kerukunan Dalam Bahaya". Berita dananalisisnya pun jelas mendukung aspirasi umat Nasrani, dengan beberapa judultulisan: "Urungkan RUU Kerukunan Umat Beragama" (hal. 16); "Aturan Kerukunanyang Mencakar" (hal. 18-22); "Akui yang Lima, Akui Selain yang Lima" (hal.23-26); "Kerukunan Tak Bisa Didikte" (hal. 28-31), dan lain-lain.
Nuansa propaganda pemurtadan yang diusung majalah Syir'ah nampak mencolokpada edisi nomor 27 yang mengangkat tema "Pindah Agama Karena Hidayah."Nampaknya, edisi ini sepenuhnya dipersem­bahkan untuk mendukung pemurtadanumat.
Dari opini redaksi (semacam rubrik editorial), sejak awal dikatakan, "Takperlu panik karena pindah agama. Barangkali harus kita akui, orang Islam itusuka plin-plan... Kita tak perlu lagi mencemaskan seberapa besar orangkeluar dari Islam. Yang kita cemaskan adalah seberapa parah Islam takberdaya melahirkan keda­maian di masyarakat. Dan kita tak akan panik,meskipun orang berpindah-pindah agama sehari tiga kali, seperti minum obat"(hlm. 16).
Islam Diinjak-injak, Non Islam Dijunjung Tinggi
Kalau dicermati, dari struktur dan gaya bahasanya, kalimat di atas jelasbukan ucapan orang Islam, tapi ucapan yang keluar dari mulut orang nonIslam, orang kafir atau orang munafik yang mempropagandakan anti Islam.
Kalau dibandingkan dengan pilihan kata ketika menulis tentang Yahudi danKristen di atas, jelas sekali betapa berat dan besarnya keberpihakan dansubjektivitas Syir'ah dalam menganakemaskan Yahudi dan Kristen, serta-mertamenganaktirikan Islam.
Ketika melukiskan perilaku Yahudi, kalimat yang dipakai adalah: "YahudiPejuang Damai," "Yahudi-yahudi berhati Mahatma Gandhi," "Yahudi dikenalsebagai agama yang menekankan perdamaian," dan sebagainya. Betapa agungnyapujian Syir'ah kepada Yahudi.
Tapi, ketika melukiskan Islam dan penganutnya, kalimat yang dipakai adalah:"Harus kita akui, orang Islam itu suka plin-plan," "seberapa parah Islam takberdaya melahirkan kedamaian di masyarakat," "Biasanya para pemeluk agamamenghindari perilaku haram itu. Akan tetapi, fenomena ini di kalanganmahasiswa Muslim tak begitu. Sebagian dari mereka bahkan menganggap seksbebas itu sudah biasa," dan masih banyak lagi. Masya Allah! Betapa tengiknyacaci-maki majalah Syir'ah yang ditujukan untuk agama Islam dan umat Islam.
Memang, begitulah keyakinan Syir'ah. Rusak!! Orang masuk Islam dengan orangkeluar Islam (murtad), sama-sama dikatakan mendapat petunjuk (hidayah)Ilahi. "Isyarat Langit Menjelang Pindah Agama. Mereka pindah agama bukankarena disogok mi instan. Baik yang "murtad" maupun yang muallaf sama-samaberangkat dari petunjuk Ilahi."
Padahal orang yang masuk Islam itu adalah orang yang mendapat petunjuk(hidayah) Allah. Sebaliknya, Al-Qur'an surat An-Nisa 137 secara tegas danjelas menyebutkan orang yang murtad tidak mendapat petunjuk (hidayah) Allah(lihat rubrik Tafsir "Kata Al-Qur'an tentang Murtad").
Mempertegas sikapnya terhadap murtad, Syir'ah berujar, "Kita tak akan panik,meskipun orang berpindah-pindah agama sehari tiga kali, seperti minum obat."Untuk mendukung sikapnya itu, Syir'ah menampilkan pengalaman rohani PietHasbullah Khaidir, mantan Ketua Umum PP IMM 2001-2003, yang kini menjadianggota presidium Jaringan Intelektual Muda Muham­madiyah (JIMM).Diberitakan bahwa dia pindah iman sebanyak tiga kali dari Budha, Katolikbahkan Atheis. Ketika Tabligh mewawancarai, Piet membantah. "Saya sangatdirugikan betul dengan pem­beritaan itu. Karena wartawan Syir'ah tidakmemahami konteks pem­bicaraan saya. Saya hanya menanggalkan "iman" sebentaruntuk menyelami agama lain. Karena saya kuliah di jurusan akidah filsafatyang salah satu materinya adalah perban­dingan agama," bantahnya.
Anehnya, sampai sekarang Piet tak mengguna­kan hak jawabnya denganmemberikan bantahan kepada Syir'ah tentang kemurtadan dirinya. KetikaMasyhud dan Abu Mumtaz dari Surabaya mewawancarai Mujtaba Hamdi, PemimpinRedaksi Syir'ah, dengan tenang dia menjelaskan bahwa sampai sekarang kamibelum pernah menerima komplain dari yang bersang­kutan. "Kalau berita kamisalah, kami tunggu sang­gahan dan hak jawab Piet Haidar," tantangnya.
Para aktivis persyarikatan Muhammadiyah berharap agar informasi Syir'ahtentang kemurtadan mantan ketua IMM ini tidak benar. Sebab berita inisungguh mencoreng muka kader persyarikatan. "Seharusnya Piet Haidirmembantah pemberitaan Syir'ah, jika berita itu salah. Ini penting, demi namabaik kita semua," ujar seorang mubaligh Muhammadiyah dalam perbincangannyadengan Tabligh di Masjid At-Taqwa PP Muhammadiyah beberapa waktu lalu.
Terakhir, dalam rubrik Konsultasi Fiqh (Syir'ah No. 39, hlm. 84-85), AbdulMoqset Ghazali, menjawab pertanyaan tentang hukum pindah agama (murtad).Seorang ibu bertanya perihal anaknya yang berencana akan pindah agamamening­galkan Islam. Menurut pen­je­lasan penanya, anaknya yang sedang dudukdi bangku kuliah itu sudah tidak betah dalam Islam karena termakan isutero­risme akhir-akhir ini. "Bagai­mana pandangan fikih Islam menyangkutperpindahan agama ini?" tanya ibu Fatimah, pembaca Syir'ah.
Menjawab pertanyaan hukum murtad tersebut, Abdul Moqset Ghazalimenge­muka­kan tiga ayat Al-Qur'an, yaitu: surat Al-Kafirun 6 "Bagimuagamamu dan bagiku agamaku" (lakum dinukum waliyadin), surat Al-Kahfi 29"Barangsiapa yang ingin beriman maka berimanlah, dan barangsiapa yang inginkafir maka kafirlah" (faman sya'a falyu'min, faman sya'a falyakfur), danAl-Baqarah 256 "Tidak ada paksaan di dalam urusan agama" (la ikrahafid-din).
Setelah mengutip ayat tersebut, Abdul Moqset menjelaskan, "Ayat-ayat di atascukup jelas, bahwa manusia tidak dipaksa untuk memeluk suatu agama dankeluar dari agamanya. Tuhan memberi kebebasan penuh kepada manusia untukber­iman atau tidak beriman, beragama Islam atau tidak. Kalau Tuhan sajatidak memaksa seluruh hamba-hamba-Nya untuk beriman kepada-Nya, makalebih-lebih orang tua terhadap anaknya."
Kemudian Abdul Moqset menyimpulkan, "Namun, sekiranya dia telah berketetapanhati untuk pindah ke agama lain, maka tidak ada pilihan lain kecuali bahwaIbu Fatimah mesti mengikhlaskan kepergiannya ke agama lain itu. Sesuaidengan perintah Al-Qur`an di atas, tidak boleh ada pemaksaan menyangkutperkara agama."
Betapa lancangnya orang yang mengaku Ustadz dari Madura ini. Dengan gegabahdisimpulkan bahwa surat Al-Kafirun 6, Al-Kahfi 29 dan Al-Baqarah 256memerintahkan umat Islam untuk meng­ikhlaskan seseorang (anak, istri, suami,ayah, ibu, saudara, kerabat dan seterusnya) jika mau murtad meninggalkanIslam.
Kesesatan fatwa kiyai pengasuh Syir'ah ini dibongkar lebih lanjut oleh BuyaRisman, pengasuh Biro Konsultasi Agama MTDK PP Muhammadiyah. Menurutnya,ketiga ayat tersebut jika dibaca utuh, menjelaskan prinsip Islam bahwapilihan agama yang benar itu adalah masuk agama Islam yang disertai denganmenjauhi kesesatan dan kekafiran. (baca rubrik Konsultasi Agama halaman20-21).
Secara tidak langsung, anjuran Kiyai Syir'ah agar bersedia mengikhlashkanorang yang murtad ke agama lain, sama artinya dengan menyarankan agarmeng­ikhlashkan orang menjadi orang kafir, sesat dan akhir­nya masuk neraka.Padahal Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganyamalaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendur­hakai Allahterhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerja­kan apayang diperintahkan" (At-Tahrim 6).

0 comments: