Friday, May 20, 2005 0 comments By: adedepok

Ma'na dan hikmah silaturrahmi

Silaturahmi berasal dari kata berbahasa arab yang berarti menyambung, menghubungkan dan kasih sayang, kekerabatan. Silaturrahmi dimaksudkan sebagai upaya menyambung, menghubungkan dan menggabungkan kasih sayang serta kekerabatan antara dua orang atau lebih, baik yang semula ada hubungan persaudaraan atau tidak.Silaturrahmi dalam Islam sangat ditekankan untuk dilaksanakan karena hikmahnya sangat besar. Keretakan hubungan saudara dapat dipertautkan kembali dengan silaturrahmi. Dua orang yang bukan saudara juga dapat dipersatukan dengan silaturrahmi.
Urgensi silaturrahmi dapat dilihat dakam Al-Qur'an dan Al-Hadits berikut ini :"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi..." (QS. An-Nisa' :1)
"Orang arab pedesaan bertanya : ya Rasul-Allah, kabarkan kepadaku tentang sesuatu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauhkan diriku dari neraka ?! Nabi menjawab :...dan sambunglah tali silaturrahmi !"(HR. Bukhari dan MUslim)
"Rasulullah bersabda : hubungan kekeluargaan itu digantungkan pada 'arsy. Ia berkata : barang siapa yang menyambungku Allah akan menyambungkannya dan barang siapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskannya pula" (HR. Bukhari dan Muslim)
"Nabi bersabda : Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menyambung tali silaturrahim" (Mutafaq 'Alaih)
Berdasarkan keterangan ayat dan hadits di atas jelaslah bahwa silaturrahmi merupakan unsur pokok dalam membangun persaudaraan dan mempererat pertautan kekerabatan. Dengan silaturrahmi dapat tercipta suasana kondusif untuk menciptakan rasa saling menyayangi dan mengasihi antar sesama. Orang lain akan tampak sebagaimana saudara dan bukan musuh. Apabila orang lain telah tampak sebagai saudara maka akan diperlakukan sebagai saudara.
Dengan silaturrahmi diharapkan dapat ditemukan solusi terbaik guna merampungkan berbagai persoalan yang ada. Dari silaturrahmi paling tidak dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :Pertama, menyambung kembali benang persaudaraan yang putus dan sekaligus menyadari akan akibat yang ditimbulkan.Kedua, membangun kembali jiwa kebersamaan dan tolong menolong diantara sesama.Ketiga, menciptakan rasa saling mengasihi.Keempat, Membangun rasa saling percaya dan menghilangkan rasa saling curiga dan buruk sangka (su'u dzan).Kelima,mudah mencari tabayyun bila terjadi isu yang potensial mengakibatkan pertengkaran.Keenam, mudah pula terjadi saling mengingatkan dan menasehati (taushiyah)Ketujuah, mebambah dan memperbanyak saudara.Kedelapan, meningkatkan kerjasama dalam segala hal yang baik.Kesembilan,"memperpanjang umum".Kesepuluh, "memperbanyak rizki".
Tuesday, May 17, 2005 0 comments By: adedepok

Jangan Memberi dengan Mengharapkan Balasan

Diriwayatkan ada seseorang yang bertindak melampaui batas terhadap sahabat Rasulullah saw, Abdullah bin Abbas ra. Ketika bertemu dengan orang yang melakukan sikap semena-mena atas dirinya, Abdullah bin Abbas berkata, "Apakah engkau akan memakiku? Sedangkan dalam diriku ada tiga perkara "Bila aku mendapat berita tentang seorang hakim muslim yang bertindak adil, maka aku akan mencintainya. Meskipun jika aku tahu keputusan perkaranya tidak menguntungkan aku. Bila aku mendapat berita tentang hujan yang turun di suatu negeri di antara negeri negeri kaum muslimin, maka aku akan merasa gembira walaupun aku tidak memilki binatang ternak dan padang rumput di sana. Bila aku membaca satu ayat dari Al-Qur`an, maka aku ingin seandainya kaum muslimin semua memahaminya seperti apa yang kuketahui."
Apa maksud perkataan Ibnu Abbas ? Ia menginginkan agar kebenaran, kebaikan dan ilmu pengetahuan itu tersebar luas. Selain itu ia juga merasa senang bila manusia mengambil manfaat dari apa yang ia miliki, sekalipun ia sendiri tak mendapat bagian apa-apa.
Orang yang bertype Ibnu Abbas tak pernah berpikir memberi untuk mengambil manfaat. Yang mendorongnya beramal, bekerja dan menyebarkan kebaikan bukanlah dalam kerangka untuk menarik keuntungan materil untuk dirinya. "Ketika Anda memberi suatu kebaikan pada seseorang, berikanlah kebaikan Anda itu karena cinta akan perbuatan baik dan karena mengharap pahala dari Allah. Jangan mengharap pujian atau penghargaan orang lain..." begitu ujar tokoh Islam asal Mesir, Muhammad Al-Ghazali.
Pakar psikologi manajemen, Stephen Covey menuliskan uraian panjang tentang bekerja yang dimotivasi oleh ketulusan. Menurutnya, kerja yang didasari ketulusan, kerja yang dilatarbelakangi oleh rasa ingin berbuat untuk orang lain, itu hasilnya akan lebih baik ketimbang bekerja yang dimotivasi oleh keinginan materil atau keuntungan pribadi. "Merasakan bekerja untuk memberi pelayanan pada orang lain, selalu lebih baik dari bekerja untuk mengambil manfaat untuk diri sendiri," begitu katanya.
Kita memang harus menyadari bahwa sikap kebaikan, keseriusan bekerja, ketekunan, kedisiplinan, kinerja, dan sebagainya, dimanapun, harus dimulai dari dalam diri sendiri. Berawal dari pintu motivasi bekerja. Bukan dimulai dari perangkat sistem pekerjaan yang ada di luar diri. Sistem yang berada di luar, tidak akan berpengaruh besar pada prestasi dan nilai pekerjaan bila tidak didukung oleh kenyamanan batin dan kebahagiaan hati orang yang bekerja.
Mungkin saja, sebuah peraturan kerja dibuat untuk mendisplinkan pekerjaan dan memacu prestasi para pekerjanya. Namun itu sangat mungkin hanya merupakan hasil prestasi kuantitatif yang semu. Sebab selain secara kualitas hasilnya akan rendah, boleh jadi, suasana seperti itu tidak akan berlangsung lama dan hanya temporer saja sifatnya.
Mari kita belajar tentang keikhlasan kepada Allah dari perkatan Imam Syafi'i radhiallahu anhu. "Aku mengharapkan bila ilmu ini tersebar tanpa diketahui siapa yang menyebarkannya....".

MEMAAFKAN ATAU MEMBALAS SECUKUPNYA

Suatu hari 'Aisyah yang tengah duduk santai bersama suaminya, Rasulullah saw,dikagetkan oleh kedatangan seorang Yahudi yang minta izin masuk ke rumahnya
dengan ucapan assamu 'alaikum (kecelakaan bagimu) sebagai ganti ucapan assalamu'alaikum kepada Rasulullah.Tak lama kemudian datang lagi Yahudi yang lain dengan perbuatan yang sama. Iamasuk dan mengucapkan assamu 'alaikum. Jelas sekali bahwa mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah. Menyaksikan polah tingkah mereka 'Aisyah gemas dan berteriak: Kalianlah yang celaka! Rasulullah tidak menyukai reaksi keras istrinya. Beliau menegur,

"Hai 'Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan gambaran yang keji secara nyata, niscaya dia akan berbentuk sesuatu yang paling buruk dan jahat. Berlemah lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang bakal terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkah harus marah dan berang?"
"Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara
keji sebagai pengganti dari ucapan salam?"
"Ya, aku telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya wa 'alaikum (juga atas
kalian), dan itu sudah cukup."

Sebagai istri, 'Aisyah tentu tidak rela manakala suami tercintanya menerima ucapan keji dan busuk sebagaimana yang diucapkan oleh orang Yahudi. Darahnya segera mendidih, dan tanpa kendali keluarlah dari kedua bibirnya kata-kata keji pula sebagai balasan atas mereka. Apa yang dikatakan oleh 'Aisyah sebenarnya dalam batas kewajaran. Ia tidak berlebihan dalam mengumpat dan mengata-katai mereka. Ia hanya membalassecara setimpal apa yang mereka ucapkan. Akan tetapi Rasulullah belum berkenan terhadap ucapan istrinya. Beliau ingin agar 'Aisyah mengganti ucapannya dengansatu kata yang lugas tapi tetap sopan. Rasulullah berkata, "Wa 'alaikum, itu sudah cukup."

Urusan salam ini nampaknya sederhana, tapi dalam Islam mendapatkan porsi perhatian yang cukup besar. Salam merupakan pembuka kata dalam setiap perjumpaan, baik perjumpaan di udara maupun di darat (tatap muka). Salam bahkan menunjukkan kepribadian seseorang. Orang yang secara tiba-tibaberkata-kata tanpa didahului oleh salam bisa dianggap kurang etis atau tidak sopan. Apalagi jika akan memasuki rumah orang. Bahkan nada suara, ekspresi wajah dan gaya penampilan ketika mengucapkan salam menjadi perhatian yang sangat besar. Lebih dari itu, orang bisa langsung mengetahui identitas agama seseorang dari salamnya. Jikayang diwawancarai mengucapkan assalamu'alaikum, segera kita ketahui bahwa orang
tersebut beragama Islam. Demikian juga bila menggunakan salam yang lain.

Masalahnya kemudian, bagaimana jika assalamu 'alaikum sudah menjadi tradisi nasional, sehingga warga non-muslim juga mengucapkan hal yang sama? Banyak di
antara kita yang kelagapan menerima ucapan assalamu'alaikum dari kawan atau kenalan yang nyata-nyata bukan muslim. Ada yang menjawab dengan wa 'alaikum salam, tapi ada yang justru tidak menjawab sama sekali.

Urusan salam ternyata telah diajarkan oleh Islam sangat rinci sekali. Termasuk jika kita mendapatkan ucapan assalamu' alikum dari orang non-muslim. Dalam hal ini kita cukup menjawab mereka dengan ucapan: wa 'alikum. Kenapa demikian?

Ada dua alasan. Yang pertama, menjaga hubungan baik dan kesopanan. Dengan
ucapan wa 'alaikum mereka merasa mendapatkan respon baik dari kita. Mereka tidak merasa diacuhkan. Sebaliknya mereka merasa dihormati dan diterima.Alasan kedua, dengan hanya menjawab wa 'alaikum, maka berarti kita tidak mendoakan kepada mereka. Sebab doa seorang muslim kepada non-muslim itu tidak diterima. Kecuali mendoakan agar mereka mengikuti jalan kebenaran, yaitu Islam. Dengan Islam mudah-mudahan mereka selamat di dunia dan di akhirat.

Nabi Ibrahim adalah seorang anak yang sangat mencintai dan menghormati ayahnya.
Itulah sebabnya ia berdoa agar Allah menyelamatkan bapaknya. Akan tetapi perbuatan Ibrahim itu mendapat teguran dari Allah, karena bapaknya masih musyrik, menyembah berhala.

Demikian juga Nabi Muhammad saw. Beliau sangat mencintai Abu Thalib, pamannya. Lewat perlindungan pamannya inilah jiwanya selamat dan misinya berhasil. Tapi karena sampai akhir hayatnya Abu Thalib belum juga menyatakan beriman kepada Allah, maka Muhammad saw terhalang mendoakannya.

Inilah adat kesopanan yang diajarkan Islam. Kepada orang yang tidak seagama, kita tetap harus berbuat baik. Apalagi jika orang tersebut telah berjasa kepada kita. Kepada orang tua yang non-muslim misalnya, kita harus berbuat baik. Termasuk jika mereka memerintahkan berbuat maksiat, kita harus tetap berbuat baik kepada mereka, walaupun perintahnyatidak boleh kita jalankan. Demikian juga kepada orang yang jelas-jelasmenunjukkan permusuhannya, kita tidak boleh terpancing berbuat keji dan kotor.Sebisa mungkin kita mengendalikan diri. Jika kita berniatmembalasnya, maka balasan itu hendaknya setimpal, tidak boleh berlebihan.Pilihlah kata-kata yang tegas, lugas, tapi tetap sopan.

Dalam ajaran Islam membalas itu tidak terlarang, akan tetapi memaafkan itu lebih baik. Jika benar-benar kita ingin membalas, balasan itu hendaknya tidak lebih dari yang ia terima. Berlebih-lebihan dalam pembalasan merupakan tindakkezhaliman. Allah berfirman:

"Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlakuhukum qishash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglahia seimbang dengan serangan terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa." (QS al-Baqarah: 194)

Tidak seperti agama lain yang mengajarkan bahwa bila pipi kananmu dipukul berikan pipi kirimu. Bila jubahmu diminta berikan bajumu. Ajaran ini justru tidak manusiawi, sebab sangat memberatkan mereka yang dizhalimi. Islam mengajarkan agar sesorang bisa memberi balasan setimpal dengan apa yang telah diterimanya. Meskipun demikian, memaafkan itu jauh lebih baik.

Seperti dalam kasus 'Aisyah di atas, jelas bahwa 'Aisyah sangat bisa membalas ucapan keji orang Yahudi. Apalagi saat itu Rasulullah bukan saja sebagai pemimpin ruhani, tapi sekaligus merupakan kepala negara yang berkuasa. Apa susahnya membalas orang yang menghinanya, sedang menjebloskan mereka ke tahanan saja itu merupakan haknya. Tapi Rasulullah sebagai manusia agung memilih untukmemberi balasan yang secukupnya.

Keperkasaan seseorang tidak bisa diukur dari kekuatan fisiknya. Orang yang jantan, bukan mereka yang ahli bertinju, bukan mereka yang di setiap pertandingan tak terkalahkan. Menurut determinasi Islam orang yang kuat adalah mereka yang di kala marah bisa menahan dirinya.Rasulullah bersabda, "Bukan dikatakan pemberani karena seseorang cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah mereka yang dapat menguasai diri (nafsu)-nya sewaktu marah."(HR Bukhari dan Muslim)

Menahan marah bukan pekerjaan mudah. Menuntut perjuangan yang amat berat lagi
susah, apalagi bagi mereka yang sedang mempunyai kemampuan dan kekuasaan untukmeluapkan kemarahannya. Akan tetapi justru di sinilah seseorang itu dinilai,apakah layak disebut ksatria atau tidak. Seorang ksatria adalah yang mampu
menahan marahnya, akan tetapi jika kezhaliman itu sudah melampau batas, iamampu membalasnya, setimpal dengan perlakuan orang tersebut. Orang yang sepertiini akan mendapat jaminan dari Allah, berupa kecintaan yang mendalam.

Rasulullah bersabda:
"Ada tiga hal yang jika dimiliki seseorang, ia akan mendapatkan pemeliharaandari Allah, akan dipenuhi dengan rahmat-Nya, dan Allah akan senantiasamemasukkannya dalam lingkungan hamba yang mendapatkan cinta-Nya, yaitu
(1) seseorang yang selalu bersyukur manakala mendapat nikmat dari-Nya
(2) seseorang yang mampu meluapkan amarahnya tetapi mampu memberi maaf ataskesalahan orang, (3) seseorang yang apabila sedang marah, dia menghentikan marahnya." (HR Hakim)

Dalam menghadapi situasi yang cenderung memancing emosi, manusia dapat dibedakan dalam tiga tipe. Pertama, orang yang tidak merasa marah padahal penyebabnya ada. Kedua, orang yang merasa marah tetapi mampu menahan amarahnya dan mau memaafkan. Sedang ketiga, mereka yang merasa marah, mampu menahan marah, tapi tidak bisa memaafkannya.

Dari ketiga kategori ini tentu saja golongan pertama yang lebih utama. Mereka disebut telah memiliki hilm, sifat sabar yang sangat besar. Sabar di atas sabar. Sifat ini telah dimiliki Rasulullah saw, dan telahdibuktikan dalam berbagai peristiwa.

Tentang sifat hilm ini Rasulullah bersabda, "Maukah aku ceritakan kepadamu tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikanderajatmu? Para sahabat menjawab, tentu. Rasul bersabda, 'Kamu bersikap sabar (hilm) kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadmu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu.'" (HR Thabrani)

Wallahu a'lam bisshawab
Monday, May 16, 2005 0 comments By: adedepok

Hari Anda Adalah Hari Ini

Jika datang pagi maka janganlah menunggu tibanya sore. Pada hari ini Anda hidup, bukan di hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan kejelekannya, dan bukan pula hari esok yang belum tentu datang.

Hari ini dengan mataharinya yang menyinari Anda, adalah hari Anda. Umur Anda hanya sehari. Karena itu anggaplah rentang kehidupan Anda adalah hari ini saja, seakan-akan Anda dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini juga. Saat itulah Anda hidup, jangan tersangkut dengan gumpalan masa lalu dengan segala keresahan dan kesusahannya, dan jangan pula terikat dengan ketidakpastian-ketidakpastian di masa yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan serta gelombang yang sangat mengerikan. Hanya untuk hari sajalah seharusnya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras.

Pada hari ini Anda harus mempersembahkan kualitas shalat yang khusyu', bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian pada jiwa dan raga, serta bersikap sosial terhadap sesama.

Hanya untuk hari ini saja, saat mana Anda hidup. Oleh karena itu, Anda harus benar-benar membagi setiap jamnya. Anggaplah setiap menitnya sebagai hitungan tahun, dan setiap detiknya sebagai hitungan bulan, saat-saat dimana Anda bisa menanam kebaikan dan mempersembahkan sesuatu yang indah. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan nanti, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki yang Anda dapatkan hari ini dengan penuh keridhaan: Istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan posisi Anda.

“Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS Al-A'raf: 144)

Jalanilah hidup Anda hari ini dengan tanpa kesedihan dan guncangan jiwa, tanpa rasa tidak menerima dan keirian, dan tanpa kedengkian.

Satu hal yang harus Anda lakukan adalah menuliskan pada dinding hati Anda suatu kalimat (yang juga harus Anda tuliskan dia atas meja Anda): "Harimu adalah hari ini". Jika Anda makan nasi hangat hari ini, maka apakah nasi yang Anda makan kemarin atau nasi besok hari yang belum jadi akan berdampak negatif terhadap diri Anda?

Jika Anda bisa minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin? Atau, mengapa malah mengharapkan air yang hambar dan panas yang akan datang esok hari?

Jika Anda jujur terhadap diri Anda sendiri maka dengan kemauan keras, Anda akan bisa menundukkan jiwa Anda pada teori ini : "Saya tidak akan pernah hidup kecuali hari ini." Oleh karena itu, manfaatkanlah hari ini, setiap detiknya, untuk membangun kepribadian, untuk mengembangkan semua potensi yang ada, dan untuk membersihkan amalan Anda.

Katakanlah: "Hari ini saya akan mengatakan yang baik-baik saja. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata-kata kotor dan menjijikkan, tidak akan pernah mencela dan mengghibah. Hari ini saya akan menertibkan rumah dan kantor, agar tidak semrawut dan berantakan, agar rapi dan teratur. Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan memperhatikan kebersihan dan penampilan diri. Juga, gaya hidup, keseimbangan cara berjalan, bertutur dan tindak tanduk."

Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, melakukan shalat sesempurna mungkin, melakukan shalat-shalat nafilah sebagai bekal untuk diri sendiri, bergelut dengan Al-Qur'an, mengkaji buku-buku yang ada, mencatat hal-hal yang perlu, dan menelaah buku yang bermanfaat.

Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan menanam nilai-nilai keutamaan di dalam hati ini dan mencabut pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri: takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.

Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kebaikan kepada mereka: menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang kebingungan, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang dalam kesulitan, membantu yang dizhalimi, membantu yang lemah, mengasihi yang menderita, menghormati seorang yang alim, menyayangi anak kecil, dan menghormati yang sepuh.

Karena saya hidup untuk hari ini saja maka saya akan hidup untuk mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah bersama mataharimu. Aku tidak akan menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku tercenung sedetikpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."

"Wahai masa depan, yang masih berada dalam keghaiban, aku tidak akan pernah bergelut dengan mimpi-mimpi dan tidak akan pernah menjual diri untuk ilusi. Aku tidakk memburu sesuatu yang belum tentu ada karena esok hari tidak berarti apa-apa, esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan, dan tidak pantas dikenang."

"Hari Anda adalah hari ini", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan", kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

kita perlu hidayah..!!!!

Setiap hamba membutuhkan hidayah pada setiap waktu dan kesempatan, dalam setiap perkara yang hendak
dikerjakan atau ditinggalkannya. Masing-masing hamba tak akan lepas dari salah satu kondisi berikut :

Pertama
: Kondisi yang berbagai amalan yang ia lakukan tidak sebagaimana mestinya, lantaran jahalah (ketidak tahuannya). Kala itu, ia membutuhkan hidayah dari Allah, berupa terbukanya pintu ilmu.
Kedua : Kondisi yang ia telah mengenal hidayah, namun ia melakukan hal-hal yang tidak sebagaimana mestinya dengan sengaja. Ia membutuhkan hidayah untuk dapatbertaubat.
Ketiga : Kondisi yang ia tidak mengenal hidayahsecara 'ilmiyah ataupun amaliyah. Sehingga ia kehilangan hidayah, baik berupa ilmu pengetahuan maupun keinginan mendapati dan mengamalkannya.
Keempat : Kondisi yang ia telah mendapat hidayah, namun hanya mampu mengamalkan sebagian dari satu amalan menurut petunjuk, sementara sebagian yang lain tidak. Orang seperti itu membutuhkan hidayah untuk dapat melakukannya secara sempurna.
Kelima : Kadangkala seseorang mampu melakukan sesuatu amalan menurut bingkai dasarnya, namun belum mampu
mengamalkannya secara rinci. Orang tersebut membutuhkan hidayah yang bisa membimbingnya untuk mengamalkannya secara rinci.
Keenam : Kadangkala seseorang telah mendapat suatu hidayah, namun ia masih membutuhkan hidayah lain dalam
penerapannya. Karena hidayah menuju satu jalan berbeda dengan hidayah dalam meniti jalan tersebut. Bisa kita contohkan, seperti seseorang yang telah mengenal jalan ke negeri si fulan, yaitu melalui jalan ini dan itu. Namun ia tak mampu menempuhnya dengan baik. Karena untuk menempuhnya, dibutuhkan hidayah lain yang lebih khusus. Misalnya, seperti perjalanan yang harus dilakukan di waktu-waktu tertentu dan menghindari perjalanan di waktu-waktu tertentu, dia harus mengambil perbekalan air di tempat ini dan itu dengan jumlah tertentu, beristirahat juga di tempat ini atau itu. Itulah yang dimaksud hidayah dalam penerapan satu amalan. Kerapkali orang yang telah mengenal satu jalan
tidak mempedulikan hal itu, akhirnya ia celaka dan tidak sampai pada tujuannya.
Ketujuh : Seseorang juga membutuhkan hidayah dalam satu amalan yang akan dilakukan, untuk masa-masa mendatang, sebagaimana petunjuk / hidayah yang telah ia peroleh di masa lampau.
Kedelapan : Kadang-kadang seseorang tidak memiliki keyakinan sama sekali pada suatu amalan, apakah itu benar atau salah. Ia membutuhkan hidayah untuk mengetahui kebenarannya.
Kesembilan : Kadang seseorang yakin bahwa dirinya berada di atas kebenaran, padahal ia dalam kesesatan sementara dirinya tidak merasa. Maka orang itu membutuhkan hidayah untuk beralih dari keyakinan yang salah itu dengan bimbingan Allah.
Kesepuluh : Terkadang seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan petunjuk, namun ia membutuhkan hidayah untuk dapat membimbing orang lain menuju hidayah itu, mengarahkan dan menasehatinya. Apabila ia melalaikan hal itu, berarti ia telah kehilangan satu hidayah sebatas kelalaiannya.

Maraji' :
"Nasihat Ibnul Qayyim Untuk Setiap Muslim", Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah - Pustaka At-Tibyan
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepadaAllah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. 33 : 71)
Sunday, May 15, 2005 4 comments By: adedepok

Cara Memusnahkan Jimat

Bagaimana cara kita memusnahkan benda pusaka atau jimat?

Agus Baskara
Cianjur

Bismillah walhamdulillah washsholatu wassalamu ala rasulillah.

Saudara Agus Baskara, semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada Anda dan kaum muslimin lainnya untuk memerangi kesyirikan termasuk dalam memberangus berbagai bentuk jimat. Agar kelak kita menghadap Allah dalam keadaan muslim.
Untuk memusnahkan jimat tidaklah sulit. Hanya harus berhati-hati. Setiap muslim bisa memusnahkannya, tidak mesti ustadz atau orang tertentu. Artinya saudara Agus pun bisa melakukannya sendiri.

Berikut cara memusnahkan jimat:

Pertama, Milikilah keyakinan penuh bahwa hanya Allah yang Maha Kuat dan jin itu sangat lemah. Allah berfirman, Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan taghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu adalah lemah. (QS an-Nisa': 76). Ini perlu dibangun pertama kali, agar kita tidak memiliki rasa waswas yang nantinya malah dimanfaatkan jin untuk mencelakakan kita. Mengingat, jin sudah terlanjur senang tinggal di jimat itu, karena telah dipertuhankan oleh pemilik jimat tersebut.

Kedua, Bangunlah rasa tawakkal yang tinggi. Tawakkal ini dapat dibangun setelah kita memiliki keyakinan penuh kepada kekuatan Allah dan keyakinan bahwa jin sangatlah lemah. Tawakkal artinya menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah. Tawakkal akan membuat kita menjadi orang yang paling kuat, termasuk dalam menghadapi syetan manusia dan syetan jin yang berlindung di balik jimat. Rasul bersabda, "Barangsiapa yang ingin menjadi manusia yang paling kuat, maka bertawakkallah kepada Allah." (HR Hakim, Abd bin Humaid, Syihab, al-Haitsami dari Ibnu Abbas).

Ketiga, Bacakan ayat kursi atau ayat-ayat ruqyah lainnya untuk melindungi diri kita, kemudian untuk menghinakannya Anda boleh meludahinya, seperti yang dilakukan Amr bin Yasir terhadap patung Hubal.

Keempat, Bakarlah jika jimat itu termasuk yang bisa dibakar seperti kertas, kain. Demikian juga jimat yang terbuat dari bahan yang tidak hancur dibakar seperti keris, tombak, batu, bakarlah. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Musa ketika beliau membakar patung anak sapi yang dibuat dari emas, "Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkan ke dalam laut." (QS Thaha: 97). Setelah itu hilangkanlah dengan cara memendamnya atau membuangnya atau menyimpannya di tempat yang tidak menimbulkan fitnah bagi masyarakat awam dan kita sekeluarga. Jika Anda membuangnya atau memendamnya, yakinkan bahwa benda tersebut tidak dipungut atau digali kembali oleh orang yang kemudian menjadikannya jimat kembali.

Namun jika Anda tetap ragu untuk memusnahkannya, silahkan kirim ke kantor Majalah Ghoib. Kami siap membantu saudara-saudara sekalian untuk memusnahkan jimat-jimat menyesatkan tersebut. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh sebagian pembaca Majalah Ghoib yang mengirimkan jimat dari berbagai pelosok tanah air melalui paket pos atau datang langsung ke alamat kantor: Jl. Percetakan Negara VII no. 13 Rt 06/03 Jakarta Pusat, telp. 021-4241241.

Semoga Allah selalu menjaga kita dan tidak perlu takut karena tipu daya syetan itu lemah.

ihh tahayul....!!1

“ ehh jangan duduk diatas meja nanti banyak utangnya lho…!”
pasti kamu pernah denger khan nasehat diatas itu… entah dari temen kamu ato siapa saja … ehh iya tau ngga itu apa?? Yup.. Itu namanya takhayul yang terkadang bikin kita bertanya-tanya “ bener kaga ya..??” Nah untuk itu kita akan ngasih kamu tentang takhayul yang katannya bikin nakutin…*_*
Takhayul selalu mengandung notasi yang buruk dianggap sebagai sumber orang Dungu, Pangir, Bodoh serta tidak logis dan ngga masuk akal.Istilah takhayul , Pamali, Tabu, Mitos memang sering beredar di tengah tangah kita. Bagi kita yang percaya pasti menganggapnya benar saja, tapi kalo ngga percaya biasanya cuek beibeh aja tuh…
Ngomong-ngomong pada tau kaga sihh awalnya takhayul??
Ehh iya Kalo kamu ngga tau simak aja dehh….sebenernya latar belakang adanya takhayul diindonesia ada tuh… misalnya ada beberapa hal :
1. Kepercayaan turun menurun
Takhayul ini yang dipercaya oleh seluruh atau beberapa anggota keluarga, beberapa anggota manusia ataupun masyarakat. Karena mereka harus percaya kata kata orang tua terdahulu atawa nenek moyangnya, jadinya terkadang hal yang membuat mereka percaya. Contohnya : Kalau hari sudah gelap anak kecil harus masuk rumah kalo ngga nanti diambil setan….ihh syeremm…(ini sebenernya dimaksudkan biar anak-anak ngga sering keluar malam hari karena berbahaya…)
2. Iklim penjajahan
Maksudnya adalah Takhayul berkembang dimasyarakat akibat dari penjajahan pada saat Jamannya kompeni (belanda). Contohnya : Larangan keluar rumah pada malem Jum`at kalo ngga ada roh jahat. (Soale pada jaman dahulu ini dibuat untuk mencegah tentara rakyat keluar biar kaga ditangkep ama kompeni atawa belanda )
3. Pengaruh Agama
Ternyata ada pengaruhnya Lho, disebabkan karena pengaruh agama yang mereka anut. Contohnya :
Bangun pagi sebelum matahari terbit biar rejekinya ngga hilang ( Padahal ini dibuat agar pada saat terbit matahari melaksanakan sholat Shubuh )
Nah pada tau kan sekarang, kira kira kaya gitu deh awalnya takhayul ini dibuat yang sebenernya awalnya untuk menyiratkan suatu kebaikan atau makna tertentu. Akan tetapi yang bikin heran pada saat sekarang ini yang dah modern dimana-mana kok masih ada aja orang yang percaya ama yang begituan
Dalam pandangan Islam dengan segala kesempurnaannya menentang adanya takhayul. Karena perbuatan ini mempersekutukan Allah dengan segala sesuatu yang lain ato dengan bahasa kerennya Syirik Nah itukan ganjarannya Dosanya Gueede banget. Makanya dalam Islam Takhayul ini digolongkan ebagai perbuatan Syirik.
Seperti petunjuk Al-Quran yang menjelaskan kenapa Takhayul tuh harus ita buang jauh jauh.
1. QS.AL-An Aam : 151
“ janganlah Kamu mempersekutukan ssatu dengan Dia”
2. QS.AL Ikhlas : 1-4
“ Katakanlah : Dialah Allah Yang MAha Esa. Allah Ada-lah Tuhan yang bergantung kepada Nya segala Sesuatu. Dia tidak beranak dan Tiada pula diperanakan. Dan Tiada seorangpun setara dengan Dia”
3.QS. Al Furqaan : 2-3
“ Yang kepunyaan Nya lah langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai Anak, dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam Kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia telah menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. Kemudian mereka mengambil Tuhan Tuhan selain daripadaNya (Untuk disembah), yang Tuhan-Tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk ( menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengambil ) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan”

Nah benerkan,,,, apalagi dosa Syirik itu dosa yang ngga akan diampunin Allah SWT, kecuali bagi yang dikehendakinya ( QS. An Nissa:48), ehh iya ngga Cuma dari Al Qur`an doang yang jelasin kalo takhayul tuh ga boleh dari Sunah Rasul juga ada kok
1.Sabda Rasulullah SAW
“ Barangsiapa datang kepada seorang tukang Tilik, lantas bertanya kepadanya sutu perkara maka tidak akan diterima Sholatnya 40 malam “ ( H.R muslim)
“ Sesunguhnya jampi-jampian dan tangkal tangkalan dan jimat itu akan menjadikan Musyrik( H.R Ibnu Majah dan Hakim )
Aisyah berkata,” beberapa orang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang Dukun”
Kemudian jawab Rasulullah:”mereka bukan apa-apa “ kemudian orang orang itu berkata :”adakalanya yang mereka ceritakan itu benar terjadi”. Rasulullah berkata:” itu kalimat hak yang dicuri oleh jin, kemudian disampaikan kepada dukun itu , dan ditambahkan dengan ratusan kali dusta “ (H.R Bukhari dan Muslim )
Didalam riwayat yang laennya
Aisyah ra berkata Rasulullah SAW bersabda :”Malaikat turun di awan dan menceritakan hal hal yang diputuskan di langit, kemudian terdengar oleh jin, lalu disampaikan kepada dukundengan ditambah seratuskali dustanya “
Nah kalo udah jelas `n gambling kaya gini sapa coba yang mau percaya kalo duduk dimeja banyak utangnya ato kalo lagi nyapu diganti, pasangannya bisa ilang dan direbut ???!!!
Ikhsan salim

merajut ukhuwah dengan cinta

Sejenak mari kita tengok kembali shiroh Nabi. Ada salah satu kisah yang sangat mengharukan ketika Rasul menyelamatkan agama Allah dengan berHijrah keMadinah, dimana ia mengakhwainkan (mempersaudarakan) antara kaum Anshor dengan kaum Muhajirin. Kisah yang menggambarkan besarnya cinta dan pengorbanan yang diberikan oleh kaum Anshor kepada kaum Muhajirin yang didasari oleh iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Salah satu pasangan akhwain yang kerap didengar kisahnya ialah Abdurrahman bin Auf dengan Sa’d bin ArRabi. Sa’d bin ArRabi berkata kepada Abdurrahman, ”Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya dikalangan Anshor, Ambillah separoh hartaku menjadi dua, aku juga mempunyai dua istri, maka lihatlah mana yang engkau sukai, agar aku menceraikannya, jika masa iddahnya sudah habis , maka kawinlah ia!.” Subhanallah suatu pengorbanan yang sulit bagi orang yang tidak memiliki cinta dan kasih sayang yang dilandasi oleh keimanan. Namun apa yang dikatakan oleh Abdurrahman, ia hanya bertanya dimanakah pasar kalian?
Tentunya bukan hanya Sa’d yang memberikan sebagian yang dimilikinya, banyak kaum Anshor yang berbagi rumah, harta dan makanan yang dimilikinya, dan lebih mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri.
Tentunya kisah tadi menjadi tauladan agar umat Muslim senantiasa memiliki ikatan cinta yang akan mengkokohkan keimanan dan bangunan Islam.
Persaudaraan dan ikatan cinta tersebut tentunya tidak muncul secara instant, ada rangkaian benang- benang rumit yang harus dirajutkan secara terus menerus dengan penuh kesabaran.
Pertama, ungkapkan perasaan batin kepada saudaranya. Hal ini dapat menguatkan keterbukaan, kepercayaan, dan kasih sayang sesama saudara seiman. Ungkapan perasaan ini dapat dilakukan dalam doa, dengan menebarkan senyum dan salam dan hal- hal yang membuat saudaranya merekahkan senyuman dari bibirnya bahkan dari hatinya.
Kedua, melakukan perjalanan bersama yang diisi dengan interaksi yang mendalam. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan halaqoh- halaqoh –taman Syurga- yang diisi dengan saling memberikan Tausyiah dan nasihat- menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, selain itu menziarahi dan memanjangkan silaturahim dapat menguatkan simpul ukhuwah.
Ketiga, merajutkan empati. Sesama Muslim adalah saudara, ia seperti satu tubuh yang jika salah satu bagian tubuhnya kesakitan, maka iapun akan merasakan hal yang sama. Dalam kisah para shahabat ada salah satu kisah yang membuat terenyuh, Said bin Al Ash berkata “Saya tidak menyukai bila lalat lewat didepan saudaraku, karena saya khawatir ia akan menyakitinya”. Sungguh suatu pernyataan yang keluar atas dasar kecintaan dan pemahaman yang mendalam dari seorang al Akh.
Begitulah suatu ikatan indah yang berdasarkan pada cinta dan keimanan.
(Zhia, disarikan dari berbagai sumber)