Sunday, May 15, 2005 By: adedepok

merajut ukhuwah dengan cinta

Sejenak mari kita tengok kembali shiroh Nabi. Ada salah satu kisah yang sangat mengharukan ketika Rasul menyelamatkan agama Allah dengan berHijrah keMadinah, dimana ia mengakhwainkan (mempersaudarakan) antara kaum Anshor dengan kaum Muhajirin. Kisah yang menggambarkan besarnya cinta dan pengorbanan yang diberikan oleh kaum Anshor kepada kaum Muhajirin yang didasari oleh iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Salah satu pasangan akhwain yang kerap didengar kisahnya ialah Abdurrahman bin Auf dengan Sa’d bin ArRabi. Sa’d bin ArRabi berkata kepada Abdurrahman, ”Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya dikalangan Anshor, Ambillah separoh hartaku menjadi dua, aku juga mempunyai dua istri, maka lihatlah mana yang engkau sukai, agar aku menceraikannya, jika masa iddahnya sudah habis , maka kawinlah ia!.” Subhanallah suatu pengorbanan yang sulit bagi orang yang tidak memiliki cinta dan kasih sayang yang dilandasi oleh keimanan. Namun apa yang dikatakan oleh Abdurrahman, ia hanya bertanya dimanakah pasar kalian?
Tentunya bukan hanya Sa’d yang memberikan sebagian yang dimilikinya, banyak kaum Anshor yang berbagi rumah, harta dan makanan yang dimilikinya, dan lebih mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri.
Tentunya kisah tadi menjadi tauladan agar umat Muslim senantiasa memiliki ikatan cinta yang akan mengkokohkan keimanan dan bangunan Islam.
Persaudaraan dan ikatan cinta tersebut tentunya tidak muncul secara instant, ada rangkaian benang- benang rumit yang harus dirajutkan secara terus menerus dengan penuh kesabaran.
Pertama, ungkapkan perasaan batin kepada saudaranya. Hal ini dapat menguatkan keterbukaan, kepercayaan, dan kasih sayang sesama saudara seiman. Ungkapan perasaan ini dapat dilakukan dalam doa, dengan menebarkan senyum dan salam dan hal- hal yang membuat saudaranya merekahkan senyuman dari bibirnya bahkan dari hatinya.
Kedua, melakukan perjalanan bersama yang diisi dengan interaksi yang mendalam. Hal ini bisa dilakukan dengan mengadakan halaqoh- halaqoh –taman Syurga- yang diisi dengan saling memberikan Tausyiah dan nasihat- menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, selain itu menziarahi dan memanjangkan silaturahim dapat menguatkan simpul ukhuwah.
Ketiga, merajutkan empati. Sesama Muslim adalah saudara, ia seperti satu tubuh yang jika salah satu bagian tubuhnya kesakitan, maka iapun akan merasakan hal yang sama. Dalam kisah para shahabat ada salah satu kisah yang membuat terenyuh, Said bin Al Ash berkata “Saya tidak menyukai bila lalat lewat didepan saudaraku, karena saya khawatir ia akan menyakitinya”. Sungguh suatu pernyataan yang keluar atas dasar kecintaan dan pemahaman yang mendalam dari seorang al Akh.
Begitulah suatu ikatan indah yang berdasarkan pada cinta dan keimanan.
(Zhia, disarikan dari berbagai sumber)

0 comments: