Tuesday, May 17, 2005 By: adedepok

Jangan Memberi dengan Mengharapkan Balasan

Diriwayatkan ada seseorang yang bertindak melampaui batas terhadap sahabat Rasulullah saw, Abdullah bin Abbas ra. Ketika bertemu dengan orang yang melakukan sikap semena-mena atas dirinya, Abdullah bin Abbas berkata, "Apakah engkau akan memakiku? Sedangkan dalam diriku ada tiga perkara "Bila aku mendapat berita tentang seorang hakim muslim yang bertindak adil, maka aku akan mencintainya. Meskipun jika aku tahu keputusan perkaranya tidak menguntungkan aku. Bila aku mendapat berita tentang hujan yang turun di suatu negeri di antara negeri negeri kaum muslimin, maka aku akan merasa gembira walaupun aku tidak memilki binatang ternak dan padang rumput di sana. Bila aku membaca satu ayat dari Al-Qur`an, maka aku ingin seandainya kaum muslimin semua memahaminya seperti apa yang kuketahui."
Apa maksud perkataan Ibnu Abbas ? Ia menginginkan agar kebenaran, kebaikan dan ilmu pengetahuan itu tersebar luas. Selain itu ia juga merasa senang bila manusia mengambil manfaat dari apa yang ia miliki, sekalipun ia sendiri tak mendapat bagian apa-apa.
Orang yang bertype Ibnu Abbas tak pernah berpikir memberi untuk mengambil manfaat. Yang mendorongnya beramal, bekerja dan menyebarkan kebaikan bukanlah dalam kerangka untuk menarik keuntungan materil untuk dirinya. "Ketika Anda memberi suatu kebaikan pada seseorang, berikanlah kebaikan Anda itu karena cinta akan perbuatan baik dan karena mengharap pahala dari Allah. Jangan mengharap pujian atau penghargaan orang lain..." begitu ujar tokoh Islam asal Mesir, Muhammad Al-Ghazali.
Pakar psikologi manajemen, Stephen Covey menuliskan uraian panjang tentang bekerja yang dimotivasi oleh ketulusan. Menurutnya, kerja yang didasari ketulusan, kerja yang dilatarbelakangi oleh rasa ingin berbuat untuk orang lain, itu hasilnya akan lebih baik ketimbang bekerja yang dimotivasi oleh keinginan materil atau keuntungan pribadi. "Merasakan bekerja untuk memberi pelayanan pada orang lain, selalu lebih baik dari bekerja untuk mengambil manfaat untuk diri sendiri," begitu katanya.
Kita memang harus menyadari bahwa sikap kebaikan, keseriusan bekerja, ketekunan, kedisiplinan, kinerja, dan sebagainya, dimanapun, harus dimulai dari dalam diri sendiri. Berawal dari pintu motivasi bekerja. Bukan dimulai dari perangkat sistem pekerjaan yang ada di luar diri. Sistem yang berada di luar, tidak akan berpengaruh besar pada prestasi dan nilai pekerjaan bila tidak didukung oleh kenyamanan batin dan kebahagiaan hati orang yang bekerja.
Mungkin saja, sebuah peraturan kerja dibuat untuk mendisplinkan pekerjaan dan memacu prestasi para pekerjanya. Namun itu sangat mungkin hanya merupakan hasil prestasi kuantitatif yang semu. Sebab selain secara kualitas hasilnya akan rendah, boleh jadi, suasana seperti itu tidak akan berlangsung lama dan hanya temporer saja sifatnya.
Mari kita belajar tentang keikhlasan kepada Allah dari perkatan Imam Syafi'i radhiallahu anhu. "Aku mengharapkan bila ilmu ini tersebar tanpa diketahui siapa yang menyebarkannya....".

0 comments: